Sistem pangan global mengeluarkan sekitar sepertiga dari total emisi gas rumah kaca tahunan. Limbah makanan menyebabkan sekitar setengah dari emisi ini, kata studi baru tersebut. Lokasi, perbedaan sosial ekonomi, dan faktor lain berperan dalam tingkat emisi limbah makanan di seluruh dunia.
Negara maju, misalnya, umumnya memiliki teknologi yang lebih maju dan ramah lingkungan yang dapat menghasilkan emisi pengelolaan limbah yang lebih rendah, kata studi tersebut.
Prof Ke Yin, seorang profesor di Nanjing Forestry University di China dan salah satu penulis studi terkait, mengatakan timnya berharap temuan mereka akan membuat orang sadar akan “sejumlah besar” emisi limbah makanan.
Dia memberi tahu Carbon Brief, “Beberapa negara telah mengambil langkah-langkah untuk mencegah pemborosan makanan, seperti pendidikan publik dan kebijakan pemerintah. Beberapa contohnya adalah pemilahan sampah di Jepang, Jerman, dan, baru-baru ini, China.”
“Namun, banyak negara menghabiskan sedikit, jika tidak ada upaya (memerangi masalah) karena berbagai alasan, seperti kemiskinan, ketimpangan, dan ketidakstabilan politik,” tambahnya.
Negara-negara berkembang, khususnya, menghadapi masalah menghindari limbah makanan pasca panen. Jika produsen, terutama yang berada di iklim yang lebih hangat, tidak memiliki akses ke lemari es, makanan tersebut dapat rusak dalam perjalanan ke konsumen.
Studi ini menggunakan data pasokan pangan dari FAO yang mencakup 164 negara dan wilayah antara tahun 2001 dan 2017.