Seorang dokter hewan siaga dalam proses penyelamatan, drh Fajar. Ia yang bertanggung jawab atas tim medis menyatakan bahwa dari awal pembiusan hingga dipindahkan ke kandang transportasi, kedua orangutan tersebut terlihat sangat sehat. Karena kondisinya, mereka harus segera dilepasliarkan ke habitatnya untuk mengurangi stres yang mungkin terjadi karena terlalu lama berada di kandang angkut.
Selanjutnya, Bagian Konservasi BKSDA Wilayah I Berau Kalimantan Timur, KPH Tengah Berau, dan CAN Indonesia, serta Bagian Konservasi Wilayah II Tenggarong BSKDA Kalimantan Timur melepasliarkan orangutan ini kembali ke habitatnya.
“Kami berharap pelepasliaran orangutan dan bayinya di Hutan Lindung Merok memberikan kesempatan bagi mereka untuk hidup aman dan nyaman di habitatnya. Upaya penyelamatan satwa seperti ini sangat membutuhkan dukungan semua pihak, baik instansi pemerintah, LSM atau masyarakat agar satwa liar khususnya yang dilindungi termasuk orangutan dapat terus lestari di alamnya,” kata Kepala BKSDA Kaltim Ari Wibawanto dikutip dari kanal Regional Liputan6.com.
Dr. Yaya Rayadin, dosen Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Divisi Konservasi Satwa dan Ekologi Populasi menjelaskan bahwa situasi terkini di kawasan Bentang Alam Kutai yang merupakan habitat penting bagi Orangutan Morio cukup memprihatinkan. Seiring dengan tingginya harga batu bara, diikuti dengan peningkatan kuota eksploitasi yang umumnya dilakukan di kawasan yang masih berhutan.
“Hutan yang ada di Bentang Alam Kutai ini umumnya merupakan habitat yang tersisa atau benteng terakhir habitat orangutan. Tak heran jika terjadi gangguan pada habitat yang tersisa, orangutan akan keluar untuk mencari tempat berteduh, atau sekadar mencari makan,” ujar Yaya, Rabu, 7 Juni 2023.