Sementara itu, ada pula penasihat ilmiah untuk negara-negara Kepulauan Pasifik yang menentang rencana pembuangan air limbah nuklir Fukushima. Salah satunya adalah Richmond, yang mengatakan bahwa rencana pemantauan ekstensif Jepang tidak benar-benar memitigasi risiko kesehatan yang ditimbulkan pembuangan air limbah ke laut.
“Ini sama saja dengan mengatakan, ‘Saya akan merokok tiga bungkus sehari, tapi saya tidak khawatir karena saya akan menjalani rontgen dada setiap tahun. Itu program pemantauan saya.’ Suatu tahun Anda mendapati lesi di paru-paru Anda, dan Anda tidak berkata, ‘Oke, saya sudah berhenti merokok, saya melihat lesinya. Saya akan berhenti.’ Anda sudah terlanjur menderita kanker.”
Sebelumnya, manajer pembangkit listrik Tokyo Electric Power Company (TEPCO), pemerintah Jepang, dan lembaga internasional telah melakukan beberapa penilaian terhadap proses penyaringan untuk mendekontaminasi air limbah nuklir Fukushima. Mereka juga mengklaim rencana tersebut aman menurut standar ilmiah.
Namun, beberapa negara tetangga, para aktivis lingkungan hidup, dan mereka yang terlibat dalam industri makanan laut sangat menentang rencana tersebut, dengan alasan bahwa data yang ada tidak cukup dan tidak meyakinkan untuk memastikan bahwa air tersebut tidak berbahaya.
Dengan demikian, transparansi bahan makanan laut di restoran Jepang terus didesak agar konsumen bisa membuat keputusan bijak untuk diri mereka sendiri.