polaslot138
polaslot138
polaslot138
polaslot138
maxwin138
maxwin138
maxwin138
maxwin138
maxwin138
maxwin138
maxwin138
maxwin138
maxwin138
epicwin138
epicwin138
epicwin138

Mengenal Praktik Tradisional Jamu, Perhitungan Primbon sampai Posisi Tubuh Saat Meminumnya

Dorong Percepatan Pengembangan Jamu Jadi Obat Herbal

Liputan6.com, Jakarta – Kompleksitas jamu sebagai media penyembuhan yang memadukan berbagai jenis tanaman obat, doa, dan mantra memungkinkan berkembangnya aspek mitos dan takhayul. Sementara pengemasan jamu telah diinovasikan sebegitu modern, praktik tradisionalnya tidak bisa ditinggalkan begitu saja.

Dalam ulasan “Praktik Tradisional Jamu” oleh Indonesia Gastronomy Network, dilansir dari Google Arts and Culture, Minggu (27/8/2023), dijelaskan, Serat Kawruh bab Jampi-Jampi Jawi 1831 menyebutkan bahwa ilmu jamu masuk dalam kategori primbon.

Misalnya, terdapat mitos seputar jamu yang mengatakan bahwa angka ganjil memiliki kemampuan magis dalam mencegah terjadinya hal buruk sehingga jamu memiliki daya penyembuhan yang lebih kuat (Sangat, 2000).

“Primbon juga mencantumkan ‘perhitungan hari baik’ untuk kegiatan, seperti hari pernikahan, jalan-jalan, membangun rumah, bahkan meminum jamu,” catatnya. “Contohnya, bagi pengikut weton, Senin pon disebut sebagai waktu yang lebih baik dalam meminum jamu, dengan posisi badan menghadap ke selatan antara pukul 3–5 sore.”

Bagi masyarakat Jawa, kehadiran mitos sebagai praktik sosio-religius terkadang diperlukan untuk merangkai pandangan hidup yang serasi dan seimbang dalam konsep mikrokosmos dan makrokosmos. Dalam proses penyebaran Islam ke seluruh Pulau Jawa, misalnya, Sultan Agung memadukan tahun Saka, sistem penanggalan Hindu yang menggunakan dasar perputaran matahari dengan sistem penanggalan Hijriah dan penanggalan Julian.

Hasilnya adalah apa yang disebut Sistem Kalender Jawa. Sistem Kalender buatan Sultan Agung ini menggunakan dua siklus, yaitu siklus mingguan yang terdiri dari hari Minggu hingga Sabtu dan Pancawara, yaitu siklus minggu yang terdiri dari lima hari pasar, yaitu pon, upah, kliwon, legi, dan pahing.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *