Badan Perlindungan Lingkungan AS sedang mempertimbangkan untuk menurunkan standar tersebut menjadi antara 9 hingga 10 μg/m³ guna meningkatkan kualitas udara dan melindungi kesehatan masyarakat. Diperkirakan oleh Institut Kebijakan Energi bahwa pencapaian itu memerlukan waktu sekitar 3,2 juta tahun.
Diketahui, Afika dan Asia menyumbang lebih dari 92 persen penurunan harapan hidup di seluruh dunia. Akan tetapi, di daerah-daerah tersebut, polusi udara kini setara dengan ancaman HIV/AIDS dan malaria bagi kesehatan publik. Belum tersedia infrastruktur yang cukup untuk memperbaiki kualitas udara.
“Sebanyak 75 persen dampak polusi udara pada harapan hidup global terkonsentrasi di enam negara, yaitu Bangladesh, India, Pakistan, Tiongkok, Nigeria, dan India, di mana warganya kehilangan antara satu hingga enam tahun hidup akibat kualitas udara yang mereka hirup,” kata Michael Greenstone, pendiri Indeks Kehidupan Kualitas Udara dan Profesor Terkemuka di bidang Ekonomi, dalam sebuah pernyataan.
Sebagai contoh, Bangladesh, dengan tingkat polusi udara tertinggi, rata-rata penduduknya kehilangan 6,8 tahun dari hidupnya. Sementara, penduduk Amerika Serikat rata-rata hanya kehilangan 3,6 bulan dari harapan hidup mereka.
Para peneliti melihat situasi ini sebagai kesempatan untuk mendapatkan dana lebih dalam rangka membangun infrastruktur yang saat ini belum ada, sesuai dengan kata Christa Hasenkopf, kepala program kualitas udara di Energy Policy Institute dan AQLI.