Dikutip dari kanal Regional Liputan6.com yang dilansir dari laman My Imperfect Life, 24 September 2021, seperti kebanyakan anggapan lainnya, beauty privilege adalah sesuatu yang dapat disadari, apakah kita pernah mengalaminya secara langsung atau tidak. Namun, banyak orang yang tidak ingin mengakui bahkan membicarakannya, terutama jika berada di pihak yang mendapatkan manfaatnya.
Berbagai penelitian dan survei ilmiah telah membuktikan bahwa penampilan sebenarnya berhubungan langsung dengan seberapa baik seseorang diterima oleh orang lain, baik dalam lingkungan sosial maupun lingkup pekerjaan. Selain seksisme, rasisme, dan usia yang dapat memengaruhi kualitas hidup, daya tarik fisik juga dapat menentukan, terlepas dari kepribadian, keterampilan, dan bakat.
Namun, pemikiran seperti ini dapat menimbulkan prasangka atau diskriminasi atas dasar penampilan seseorang. Hal ini dapat terjadi dalam berbagai kondisi, termasuk saat kencan, lingkungan sosial, dan tempat kerja.
Standar cantik atau menarik tentu saja relatif. Tetapi, ada beberapa kesamaan yang dimiliki secara universal. Sebagian besar didasarkan pada standar kecantikan Eropa, seperti putih, tinggi, kurus, dan baru-baru ini dikenal dengan ‘Instagram photogenic’